“Nak, jalani hidup apa adanya, teruskanlah usaha warung yang selama ini ibu rintis, dan jangan lupa saling membantu sesamamu, sayangi adik-adikmu, jadilah orang yang berguna bagi orang lain serta bangsa dan negara, ibu akan pergi jauh menyusul ayah kalian disana.. “ibu…. Jangan tinggalkan kami…!!! seru sang anak yang duduk di samping ibunya yg terbaring sakit. “Tidak nak, kalau sudah waktunya nanti, kamu juga akan menyusulku ke hadiratnya.. “Ibu… jangan bicara seperti itu, ibu akan sembuh dan akan membesarkan anak-anakmu bu..!! Jerit si sulung yang masih duduk di bangku kelas 5 SD itu. Sang ibu pun menutup matanya untuk terakhir kali dengan mengucapkan nama tuhannya. “Ibu tidur lagi ya kak? Tanya si bungsu kepada kakaknya. Si sulung yang wajahnya basah dengan airmata hanya terdiam sambil memandang adiknya yg masih berumur 4 tahun.
Dari penggalan cerpen yang saya tulis diatas bisa kita ambil pelajaran, bahwa manusia pasti akan merasakan berpisahnya jasad dengan ruh, dan itulah yang di sebut dengan mati. Sehebat dan sekuat apapun manusia, pasti akan di hampiri oleh maut. Dan bagi mereka yang di tinggalkan harus ikhlas dan ingat kepada sang pencipta, serta memenuhi amanat mulia dari orang yg kita sayangi (ibu) yang telah meninggalkan kita.
Cerpen diatas hampir mencerminkan pesan-pesan Bung Karno kepada rakyatnya supaya meneruskan perjuangan yang selama ini di perjuangkan. Perjuangan sang putra pertiwi sangat terjal dan berliku pada saat itu, bisa kita bayangkan betapa besar jasa beliau dalam memerdekakan bangsa kita yang selama tiga setengah abad hidup di bawah penindasan, penyiksaan, dan kesewenag-wenangan bangsa asing yang hendak menguasai bangsa Indonesia yang suci ini. sang putra Indonesia tidak pernah mengeluh dalam menjalani kehidupan dibawah ancaman belanda, cita-cita beliau adalah ingin membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan yang saat itu di anggap mustahil. Tapi dengan semangatnya yang membara akhirnya cita-cita yang di anggap mustahil itupun berhasil di capai.
Bumi pertiwi menangis menyaksikan kepergian putra sang fajar, airmata bangsa Indonesia tumpah mengenang jasa-jasa yg begitu mulia. Sang proklamator telah kembali dengan tenang dan dami disisinya. harapan di akhir hayatnya adalah agar rakyat Indonesia meneruskan perjuangannya untuk membangun nusantara dengan segenap jiwa dan raganya.
63 tahun negeri ini terbebas dari penjajah, sudah saatnya bagi kita untuk membangun Indonesia pusaka dengan melaksanakan semua kewajiban-kewajiban kita dengan penuh tanggung jawab. Kita harus menyadari bahwa kita hidup di negeri ini hanya sebagai penerus karena perintis sebenarnya telah kembali ke hadiratnya. perintis adalah pelopor sedangkan penerus adalah yang meneruskan. Mari kita kembali menghayati kisah sang ibu di atas tadi. sang ibu dulunya miskin, karena usaha dan semangat yang pantang menyerah akhirnya sang ibu berhasil mendapatkan apa yang di cita-citakannya selama ini dengan harapan agar anaknya kelak tidak melarat seperti dirinya.
Nah, pasti sekarang anda mengerti apa itu perintis dan penerus. Sang putra bangsa terlahir 45 tahun sebelum bangsa Indonesia merdeka yaitu pada tanggal 06 juni 1901. berkat kegigihan dan keyakinan beliau serta dukungan dari rakyat pada saat itu, akhirnya penjajah mengibarkan bendera putih tanda menyerah dan bersedia kembali ke negerinya. Itulah detik-detik yang sangat membahagiakan bagi seluruh rakyat bangsa ini.
Pada awal pemerintahan Bung Karno, memang benar bahwa rakyat Indonesia masih belum merasakan kesejahteraan hidup, maklumlah karena pada saat itu bangsa ini baru saja terbebas dari penjajah. Pada masa pemerintahan beliau, Indonesia mengalami kemarau panjang sehingga mengakibatkan kelaparan di seluruh negeri ( cerita tentang kemarau panjang ini saya dapatkan dari nenek saya waktu saya sedang di sawah yaitu di desa Dateng kec. Laren Kab. Lamongan - jawa timur sekitar agustus 2004 silam waktu mudik bersama keluarga.. Saya bertanya kepada nenek saya tentang nasib rakyat Indonesia pada saat kemarau panjang itu, nenek menjawab “saat itu bisa makan nasi hanya angan – angan, bisa makan ubi kering aja syukur cu… banyak pengemis dimana – mana. Makanan keseharian kami hanya tike (Tike adalah biji-bijian kecil berwarna hitam seperti kentang yang hanya bisa tumbuh di Lumpur di desaku) untung kamu lahir setelah bangsa ini merdeka cu.. kamu sekarang bisa makan nasi sekenyangnya. Tutur nenekku kepadaku, tak terasa airmataku menetes saat mendengar cerita tentang bangsa Indonesia pada masa penjajahan sampai terjadinya kemarau panjang pada masa pemerintahan Bung Karno. Kemudian aku cium tangannya sampai airmataku memabasahi tangannya yang penuh dengan sejarah kesengsaraan pada awal kemerdekaan
Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah ada penerus sejati negeri ini? jawabannya adalah “TIDAK ADA SATUPUN”, Why??? Karena bangsa ini belum benar-benar sejahtera. Kita lihat aja keadaan Indonesia sekarang, para petinggi-petinggi negeri hanya mementingkan diri sendiri, mereka tidak menyadari pergolakan dan pergulatan para pendahulu dalam menyelesaikan agenda kemerdekaan dengan harapan bangsa Indonesia akan lebih baik. Tapi apa yang terjadi sekarang?? Yang di lakukan para petinggi hanya mengenyangkan perut sendiri. ( memimpin di negara yang sudah merdeka aja ga bisa… apalagi memimpin pada masa penjajah..!!! )
Wahai saudaraku sebangsa dan setanah air, marilah kita junjung tinggi harkat dan martabat negeri kita yg mulia ini, teruskan cita-cita sang pejuang, jika kelak engkau menjadi petinggi negeri maka bangkitkan semangat rakyatmu dengan perjuangan, semangat dan iman agar bangsa ini merasakan kemerdekaan yang sesungguhnya. Jika engkau sanggup melakukan itu semua dengan ikhlas dan ikhsan, maka bangsa Indonesia layak menyebutmu sebagai SANG PENERUS.
Karya tulis Ary Anshorie
Tenggarong, Raboe sore 23 juli 2008
Penerus cita-cita leluhur negeri
indonesia merkeda
indonesia merkeda