Sebuah fakta menarik, bahwa Lembaga Penerbangan Antariksa AS (NASA) menanam ribuan sansevieria di dekat instalasi nuklirnya. Lokasi penanaman ini hanya berjarak sekitar 10-25 meter dari instalasi nuklir tersebut. Apabila suatu saat terjadi kebocoran, maka ribuan sansevieria tersebut akan meredamnya.
Ya, ternyata tanaman hias Sansevieria atau dikenal juga dengan sebutan Lidah Mertua adalah tanaman antipolutan dan juga penangkal radiasi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Sanseveira mampu menyerap 107 jenis racun. Termasuk racun-racun yang terkandung dalam polusi udara (karbonmonoksida), racun rokok (nikotin), bahkan radiasi nuklir. Riset lainnya dapat disimpulkan bahwa untuk ruangan seluas 100 m3 cukup ditempatkan Sansevieria Lorentii dewasa berdaun 5 helai agar ruangan itu bebas polutan.
Ciri spesifik yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang berbahaya (polutan), bahkan mampu menyerapnya sehingga didaerah berlalulintas padat dan didalam ruangan yang penuh dengan asap nikotin dimanfaatkan sebagai antipolutan (air freshener). Sementara di Afrika getah Sansevieria dimanfaatkan sebagai antiracun ular dan serangga.
Sebagai tanaman hias sansevieria sangat mudah dirawat dan tidak membutuhkan banyak lahan. Sansiveria (lidah mertua) memang sering kita temui di pekarangan rumah di kampung-kampung, baik itu ditanam di di sekitar pagar maupun di dalam pot, tetapi mungkin kita belum banyak mengetahui akan salah satu fungsinya yang anti polutan dan radiasi, jadi bagi yang belum buruan kita tanam di rumah kita.
Berikut tanaman lain yang antipolutan:
Di kalangan pencinta tanaman, nama Liliek Suharni (55) tentu tak lagi terdengar asing di telinga. Perempuan kelahiran Malang, 1 Mei 1955 itu, hingga kini gencar memasyarakatkan tanaman sansevieria atau dikenal juga dengan lidah mertua.
"Di mana-mana tanaman ini bisa ditemukan, tapi jarang ada orang yang mengerti mengenai khasiat tanaman sansevieria, mulai dari tanaman penyerap racun, pengurang radiasi komputer, televisi, dan telefon seluler, hingga bisa dibuat menjadi kerajinan tangan seperti tas," kata Liliek, ketika ditemui di Kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kab. Bandung, beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, musim hujan disertai banjir di kawasan Baleendah beberapa waktu lalu membuat Liliek harus melakukan penataan ulang terhadap greenhouse sansevieria miliknya. "Untungnya kebun saya tidak kebanjiran. Tetapi karena banjir itu, seluruh pegawai saya yang biasanya mengurus kebun jadi tidak masuk selama satu minggu penuh karena rumah mereka kebanjiran. Makanya tidak ada lagi yang merawat kebun," ucapnya.
Liliek sendiri tidak mengeluh terhadap keadaan itu. "Itu musibah, tetapi yang harus dipikirkan sekarang adalah bagaimana caranya mengelola kebun lagi karena budi daya sansevieria harus terus dilakukan mengingat manfaat yang bisa dihasilkan," kata perempuan lulusan S-2 Ekonomi Manajemen Universitas Padjadjaran itu.
Sumber: haxims.blogspot.com
Ya, ternyata tanaman hias Sansevieria atau dikenal juga dengan sebutan Lidah Mertua adalah tanaman antipolutan dan juga penangkal radiasi.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa Sanseveira mampu menyerap 107 jenis racun. Termasuk racun-racun yang terkandung dalam polusi udara (karbonmonoksida), racun rokok (nikotin), bahkan radiasi nuklir. Riset lainnya dapat disimpulkan bahwa untuk ruangan seluas 100 m3 cukup ditempatkan Sansevieria Lorentii dewasa berdaun 5 helai agar ruangan itu bebas polutan.
Ciri spesifik yang jarang ditemukan pada tanaman lain, diantaranya mampu hidup pada rentang suhu dan cahaya yang luas, sangat resisten terhadap gas udara yang berbahaya (polutan), bahkan mampu menyerapnya sehingga didaerah berlalulintas padat dan didalam ruangan yang penuh dengan asap nikotin dimanfaatkan sebagai antipolutan (air freshener). Sementara di Afrika getah Sansevieria dimanfaatkan sebagai antiracun ular dan serangga.
Sebagai tanaman hias sansevieria sangat mudah dirawat dan tidak membutuhkan banyak lahan. Sansiveria (lidah mertua) memang sering kita temui di pekarangan rumah di kampung-kampung, baik itu ditanam di di sekitar pagar maupun di dalam pot, tetapi mungkin kita belum banyak mengetahui akan salah satu fungsinya yang anti polutan dan radiasi, jadi bagi yang belum buruan kita tanam di rumah kita.
Berikut tanaman lain yang antipolutan:
- Paku Boston Nephrolepis exaltata Bostoniensis Penyerap paling ampuh
- Palem Chyrsalidocarpus lutescens Penyerap banyak polutan
- Palem bambu Chemaedorea seifrizii Formaldehid, benzena, Trichloroethylene, dan Penguapan tinggi
- Karet hias Ficus robusta Formaldehid
- Dracaena Draceana deremensis Formaldehid
- Ivy Hedera helix Formaldehid
- Palem phoenix Phoenix roebelenii Xylene
- Lili air Spathiphyllum sp Alkohol, aseton, Formaldehid, Benzene, Trichloroethylene
- Dracaena Dracaena fragans massangeana Formaldehid
- Sirih Belanda Epipremnum aureum Formaldehid
- Paku Neprolepis obliterata Formaldehid, alkohol
- Krisan Chrysanthemum morifolium Formaldehid, benzene, Ammonia.
- Gerbera Gerbera jamesonii Transpirasi tinggi
- Dracaena Dracaena deremensis warneckei Benzene
- Dracaena Dracaena marginata Xylene dan Trichloroethylene
- Schefflera Brassaia actinophylla Formaldehid.
Di kalangan pencinta tanaman, nama Liliek Suharni (55) tentu tak lagi terdengar asing di telinga. Perempuan kelahiran Malang, 1 Mei 1955 itu, hingga kini gencar memasyarakatkan tanaman sansevieria atau dikenal juga dengan lidah mertua.
"Di mana-mana tanaman ini bisa ditemukan, tapi jarang ada orang yang mengerti mengenai khasiat tanaman sansevieria, mulai dari tanaman penyerap racun, pengurang radiasi komputer, televisi, dan telefon seluler, hingga bisa dibuat menjadi kerajinan tangan seperti tas," kata Liliek, ketika ditemui di Kantor Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Kab. Bandung, beberapa waktu lalu.
Akan tetapi, musim hujan disertai banjir di kawasan Baleendah beberapa waktu lalu membuat Liliek harus melakukan penataan ulang terhadap greenhouse sansevieria miliknya. "Untungnya kebun saya tidak kebanjiran. Tetapi karena banjir itu, seluruh pegawai saya yang biasanya mengurus kebun jadi tidak masuk selama satu minggu penuh karena rumah mereka kebanjiran. Makanya tidak ada lagi yang merawat kebun," ucapnya.
Liliek sendiri tidak mengeluh terhadap keadaan itu. "Itu musibah, tetapi yang harus dipikirkan sekarang adalah bagaimana caranya mengelola kebun lagi karena budi daya sansevieria harus terus dilakukan mengingat manfaat yang bisa dihasilkan," kata perempuan lulusan S-2 Ekonomi Manajemen Universitas Padjadjaran itu.
Sumber: haxims.blogspot.com