Pemahaman tentang evolusi alam semesta merupakan prestasi besar sains abad ke-20. Pengetahuan ini tumbuh dari experimen dan teori yang inovatif selama beberapa dekade. Teleskop modern di bumi dan ruang angkasa mendeteksi cahaya dari galaksi berjarak miliaran tahun cahaya, yang menunjukan kepada kita wajah alam semesta ketika
masih muda. Pemercepat partikel digunakan untuk menelaah proses fisika berenergi tinggi pada masa-masa awal terbentuknya alam semesta. Satelit mendeteksi radiasi latar kosmik yang merupakan sisa dari tahap awal perkembangan alam semesta, dan ini memberikan suatu gambaran alam semesta dalam skala terbesar yang masih bisa diamati.
masih muda. Pemercepat partikel digunakan untuk menelaah proses fisika berenergi tinggi pada masa-masa awal terbentuknya alam semesta. Satelit mendeteksi radiasi latar kosmik yang merupakan sisa dari tahap awal perkembangan alam semesta, dan ini memberikan suatu gambaran alam semesta dalam skala terbesar yang masih bisa diamati.
Upaya terbaik kita untuk menjelaskan melimpahnya data ini diterangkan dalam suatu teori yang dikenal sebagai model kosmologi standar atau Kosmologi Dentuman Besar, alam semesta ini mengembang secara homogen dari keadaan awalnya yang mampat. Kini, tidak ada tantangan fundamental bagi teori dentuman besar, kendati masih ada persoalan yang belum terpecahkan di dalam teori itu sendiri. Para astronom belum yakin, misalnya, bagaimana galaksi-galaksi terbentuk, tetapi tidak ada alasan untuk berpikir bahwa proses pembentukan terjadi di luar kerangka dentuman besar. malah prediksi teori ini telah dikukuhkan oleh berbagai pengujian hingga hari ini. (Scientific American, Oktober 1994).
Para fisikawan masih belum mengetahui ke mana arah perkembangan semesta alam. Yang jelas, berdasarkan teori yang menyatakan bahwa alam semesta adalah alam semesta tertutup, maka pada suatu saat akan mati. Tidak ada yang tahu kapan itu terjadi. Bagaimanpun, masih banyak rahasia alam yang belum terungkap. Tetapi, setidaknya dengan kehadiran para fisikawan seperti Einstein, Bergmann, yang meneliti fenomena alam dan kemudian merumuskannya dalam sejumlah formula fisika telah membantu manusia mengungkap sedikit tabir yang menutupi alam semesta kita.
Prof. Silaban, ilmuwan lulusan Syracuse University, New York menerangkan mengenai bagaimana alam semesta ini terbentuk. Prof. Silaban mengambil model yang paling populer, yaitu model Robertson, Walker, dan Friedmann menjelaskan teori bagaimana alam semesta itu terjadi. Teori itu mengatakan bahwa alam semesta diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu pertama alam semesta terbuka di mana alam semesta mengembang selamanya. Jadi, alam semesta itu tak pernah mati. Kedua, alam semesta tertutup di mana alam semesta itu hidup, lahir, dan kemudian mati. Ketiga, alam semesta datar. Alam semesta jenis ini hidup tetapi kemudian flat dan akhirnya mengembang sampai tak berhingga. Dalam aplikasinya, model Robertson, Friedmann, dan Walker itu memang mendorong orang untuk berimajinasi bahwa alam semesta itu ada awalnya. Menurut model ini, kelahiran alam semesta itu selalu diawali dengan dentuman besar (big bang) yang terjadi pada waktu planck, yaitu 10 pangkat minus 43 detik setelah permulaan waktu. Sebagai gambaran, jika waktu planck dibandingkan dengan waktu 1 detik maka perbedaannya sangat besar. Satu detik jauh lebih kecil daripada waktu planck. Alam semesta yang masih bayi tersebut memiliki temperatur yang sangat panas yaitu 10 pangkat 32 kelvin. Selain suhu yang sangat panas, bentuk alam semesta pada waktu planck tersebut supermini, tidak bisa dilihat secara kasat mata.Bayi yang berupa titik ini kemudian berkembang. Pada saat usia bayi tersebut mencapai 200 detik (3 jam 20 menit), temperatur alam semesta sudah jauh menurun menjadi satu triliun kelvin. Karena terus berkembang, bayi alam semesta yang usianya kurang dari 4 jam tersebut, ukurannya pun membengkak menjadi 10 pangkat 20 cm. Saat umur itulah, terjadi sintesis nukleon helium.
Bayi tersebut terus berkembang menjadi materi yang ditandai dengan terbentuknya atom hidrogen. Untuk membentuk atom tersebut, butuh waktu 10 pangkat 14 detik. Saat itu temperatur alam semesta pun menurun menjadi hanya seribu kelvin. Proses ini menyebabkan diameter alam semesta membengkak menjadi 10 pangkat 26 cm. Setelah atom hidrogen terbentuk, pada usia 10 pangkat 18 detik, alam semesta pun menemui bentuknya seperti yang ada sekarang. Di usianya tersebut, suhu turun drastis menjadi 3 kelvin atau -270,15 derajat celcius. Sedangkan ukurannya pun membesar menjadi 10 pangkat 28 cm. Ini belum merupakan akhir dari perkembangan semesta alam dan dari titik ini, para fisikawan masih belum mengetahui ke mana arah perkembangan semesta alam. Yang jelas, berdasarkan teori yang menyatakan bahwa alam semesta adalah alam semesta tertutup, maka pada suatu saat akan mati. Tidak ada yang tahu kapan itu terjadi.