ALABAMA - Sebuah transplantasi darah yang tak biasa nampaknya telah menyembuhkan seorang pasien AIDS asal AS yang tinggal di Berlin. Akan tetapi para dokter mengatakan bahwa metode pengobatannya tidak untuk dipraktikan secara luas.
Pasien tersebut, yang berusia 40 tahun, mendapat transplantasi sel darah pada tahun 2007 untuk menyembuhkan leukemia. Dokter yang merawatnya tidak hanya bagus dalam mencocokkan darah, namun juga mendapatkan mutasi gen yang memberikan ketahanan alami terhadap HIV. Demikian dikutip dari Associated Press, Rabu (15/12/2010).
Kini, setelah tiga tahun berlalu, pasien tersebut tidak lagi menunjukan tanda dari virus HIV dan leukemia, menurut sebuah laporan di jurnal Blood.
"Hal ini adalah sebuah bukti konsep yang menarik, bahwa dengan metode yang luar biasa, seorang pasien dapat disembuhkan dari virus HIV. Akan tetapi masih terlalu beresiko bagi metode tersebut untuk dijadikan terapi standar bahkan jika donor yang cocok bisa ditemukan," ujar Dr. Michael Saag dari University of Alabama di Birmingham, Alabama, Amerika Serikat.
"Transplantasi darah yang belakangan ini banyak dilakukan, digunakan untuk melawan kanker, dan resikonya terhadap kesehatan manusia masih belum diketahui. Transplantasi darah tersebut menghancurkan sistem kekebalan asli milik pasien, dan menggantinya dengan sel donor untuk menumbuhkan sistem kekebalan yang baru. Tingkat kematian dari prosedur tersebut bisa mencapai angka 5 persen atau lebih," kata Saag, yang juga bekas chairman di HIV Medicine Association, sebuah perkumpulan dokter spesialis penyakit AIDS.
"Kita tidak bisa sepenuhnya mengaplikasikan metode penyembuhan ini kepada individu yang sehat, karena resikonya terlalu besar, kecuali jika seseorang dengan virus HIV juga menderita penyakit kanker," tambah Saag.
Ketika kasus mengenai pasien AIDS sembuh di Berlin mencuat ke permukaan dua tahun lalu, Dr. Anthony Fauci, dirut dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengatakan bahwa prosedur tersebut biayanya terlalu mahal dan beresiko untuk dilakukan sebagai sebuah metode penyembuhan. Tapi metode tersebut bisa memberikan petunjuk untuk menggunakan terapi gen atau metode lainnya untuk mendapatkan hasil yang sama.
Sumber: www.okezone.com
Pasien tersebut, yang berusia 40 tahun, mendapat transplantasi sel darah pada tahun 2007 untuk menyembuhkan leukemia. Dokter yang merawatnya tidak hanya bagus dalam mencocokkan darah, namun juga mendapatkan mutasi gen yang memberikan ketahanan alami terhadap HIV. Demikian dikutip dari Associated Press, Rabu (15/12/2010).
Kini, setelah tiga tahun berlalu, pasien tersebut tidak lagi menunjukan tanda dari virus HIV dan leukemia, menurut sebuah laporan di jurnal Blood.
"Hal ini adalah sebuah bukti konsep yang menarik, bahwa dengan metode yang luar biasa, seorang pasien dapat disembuhkan dari virus HIV. Akan tetapi masih terlalu beresiko bagi metode tersebut untuk dijadikan terapi standar bahkan jika donor yang cocok bisa ditemukan," ujar Dr. Michael Saag dari University of Alabama di Birmingham, Alabama, Amerika Serikat.
"Transplantasi darah yang belakangan ini banyak dilakukan, digunakan untuk melawan kanker, dan resikonya terhadap kesehatan manusia masih belum diketahui. Transplantasi darah tersebut menghancurkan sistem kekebalan asli milik pasien, dan menggantinya dengan sel donor untuk menumbuhkan sistem kekebalan yang baru. Tingkat kematian dari prosedur tersebut bisa mencapai angka 5 persen atau lebih," kata Saag, yang juga bekas chairman di HIV Medicine Association, sebuah perkumpulan dokter spesialis penyakit AIDS.
"Kita tidak bisa sepenuhnya mengaplikasikan metode penyembuhan ini kepada individu yang sehat, karena resikonya terlalu besar, kecuali jika seseorang dengan virus HIV juga menderita penyakit kanker," tambah Saag.
Ketika kasus mengenai pasien AIDS sembuh di Berlin mencuat ke permukaan dua tahun lalu, Dr. Anthony Fauci, dirut dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases, mengatakan bahwa prosedur tersebut biayanya terlalu mahal dan beresiko untuk dilakukan sebagai sebuah metode penyembuhan. Tapi metode tersebut bisa memberikan petunjuk untuk menggunakan terapi gen atau metode lainnya untuk mendapatkan hasil yang sama.