Selasa, 01 Maret 2011

Menanti 'Smash' Merah Putih

BULUTANGKIS Indonesia kian menjauh dari kejayaan. Kibaran bendera Merah Putih seakan enggan mewarnai sederet turnamen di kancah regional maupun internasional. Tak heran jika seluruh pendukung di Tanah Air sangat merindukan kebangkitan ‘smash’ Taufik Hidayat dkk.

Dua kejuaran bergengsi di awal 2011, Malaysia Open Super Series dan Korea Open Super Series Premier, tak satupun wakil Indonesia menempatkan diri di podium teratas. Taufik kandas di tangan pemilik nomor satu dunia Lee Chong Wei di partai pamungkas di Bukit Jalil, Kuala Lumpur.

Sedangkan di Seoul, pebulutangkis asal Bandung menyerah dari musuh bebuyutannya, Lin Dan di babak perempatfinal. Andalan China pun memupus harapan Indonesia mencuri medali emas, setelah menyingkirkan Simon Santoso di semifinal. Lin Dan pun mengukuhkan diri sebagai jawara tunggal putra, usai menghentikan perlawanan Chong Wei di partai pamungkas.

Taufik mengharumkan nama Indonesia saat meraih medali emas di Olimpiade Athena 2004 dan Asian Games 2006 di Doha, Qatar. Sepanjang 2010, pria kelahiran 29 tahun silam menyabet gelar juara Kanada Open, Indonesia GP Gold dan Prancis Open Super Series. Markis Kido/Hendra Setiawan, adalah pasangan ganda putra yang masih membuka asa Merah Putih.

Pasangan peraih medali emas Olimpiade Beijing 2008 juga mencatatkan nama sebagai jawara SEA Games 2009 di Laos, serta Asian Games XVI di Guangzhou, China, November 2010 lalu. Namun sayang, pasangan yang menjuarai sejumlah kejuaraan Super Series pada 2009 belum menunjukkan tajinya di dua kejuaraan awal tahun ini.

Peluang kembali terbuka, kala kejuaraan All England sudah menanti. Tentunya, segudang harapan mengiringi perjuangan para punggawa Merah Putih di Birmingham, Inggris, sepanjang 8-13 Maret mendatang. Bukan tanpa alasan, karena Indonesia cukup lama absen sebagai juara di berbagai partai turnamen ini.

Terakhir, Heriyanto Arbi mencatatkan namanya sebagai juara tunggal putra event tahunan tersebut, pada 1993 dan 1994 silam. Dua gelar di tahun yang sama juga diraih andalah tunggal putri saat itu, Susi Susanti. Sedangkan pasangan Sigit Budiarto/Candra Wijaya mengamankan juara ganda putra pada 2003 lalu.

Memang diakui, Taufik dan Markis/Hendra masih menjadi tumpuan utama. Lalu, bagaimana dengan eksistensi para srikandi Indonesia? Merosotnya prestasi seakan menjadi indikasi minimnya regenerasi, kendati menumpuknya bibit-bibit muda yang siap mengibarkan kembali kejayaan Merah Putih. Ya, sampai kapan kita berdamai dengan keterpurukan?

Sumber: www.okezone.com